Selasa, 17 Mei 2011

LAMUNAN SORE( cerpen )

Sore ini langit telihat mendung, dengan ditemani segelas jus jeruk dan buku diary. Aku berdiam diri di kamarku. Aku mengingat ingat hari – hari yang telah kulalui. Ternyata banyak hal yang telah kulakukan dengan baik. Namun, hal buruk yang telah kulakukan pun tak kalah banyaknya, bahkan mungkin lebih banyak.
Aku sedang patah hati. Tahu kenapa? Ha ha ha bukan karena aku ditinggalkan kekasihku, tapi aku merasa bahwa aku ini payah.
“bruk!”
Buku fisika setebal hak sepatu itu aku lempar ke lantai kamrku yang minta ampun berantakannya.
“huh aku benci fisika, enggak satupun aku mengerti aku payah! Enggak bisa seperti Rio, anak itu pintar. Dia rajin,.
Huuuuuuh…… andai saja…..
Ah sudahlah”
Aku marah – marah sendiri seperti orang tak waras. Kadang aku suka merasa iri dengan temanku yang sangat tekun dalam belajar. Kenapa aku ini sulit jadi seperti mereka? Pernyataan itu tak pernah bisa ku jawab.
Saat ini aku benar – benar meniinggalkan PR fisikaku yang membuat kepala seakan mau pecah. Aku menikmati pemandangan asri yang terlihat dari jendela kamarku. Ya…. Halamanku yang penuh dengan bunga hasil karya sang pencipta. Mataku terpaku pada satu bunga nan merah merekah. Cantik sekali, ia terlihat sangat bahagia bermain bersama kupu – kupu yang tak henti mengelilinginya. Mereka sang bunga dan kupu – kupu seakan mengajakku bermain serta berbagi kebahagiaan. Jelas saja sang bunga sangat bahagia, ayahku selalu merawatnya dengan sabar. Ayah sangat memperhatikannya, ehhmmmm….. ternyata bukan hanya gadis sepertiku saja yang suka diperhatikannya dan sayangi dengan tulus.
Lepas dari sang bunga yang cantik, mataku tertuju pada abang bakso dan bapak penjual asinan yang sedang berbincang Air muka mereka menyiratkan kegalauan hati.
“mas,gimana baksonya? Laku banyak?” kata penjual asinan
“boro – boro Pak, balik modal saja sudah untung, saya sering nombok Pak” abang asinan terlihat muram.
“ya…. Sabar sajalah Mas, saya juga begitu, belakangan ini orang jarang jajan. Mungkin sama, pendapatan mereka juga pas – pasan hanya untuk makan dan sekolah”.
“mungkin….. tapi Pak, saya bingung. Anak saya mau ujian tahun ini,” abang bakso menumpahkan kegalauannya.
“Mas…… kita Cuma bisa berusahadan berdoa. Sabar saja. Jangan dibawa susah, nanti jadi nambah susah. Ha ha ha ha “ bapak tukang asinan berusaha menghibur walaupun sesungguhnya ia pun bingung.
“kasihan mereka,” ujarku pelan.
Kasihan mereka, bingung memikirkan cara tuk menyambung hidup besok. Aku merasa beruntung aku tak perlu memikirkan perut yang lapar. Aku juga bisa sekolah dan bermain dengan tenang.
Tidak lama kemudian, sepasang manusia. Adam dan hawa lewat tepat di depan rumahku. Wajah mereka terlihat tidak bahagia padahal seharusnya mereka baghagia karena bisa menghabiskan waktu bersama. Rupanya…..
“apa sih mau lo?” kata sang adam setengah membenttak, kasar!”
Aku ingin kamu tidak kasar padaku. Sayangi aku seperti yang kamu bilang,” jawab hawa lirih.
“Lo mau gue seperti apa?” Tanya adam gusar.
“ya hubungan yang sehat, jika kamu ingin aku jadi pacarmu, sayangi aku. Jika tidak, katakana tidak”.
Mereka pun terlalu, Ck Ck ck….. kasihan hawa,….. sepertinya ia begitu menyayangi dsang adam, tapi kenapa adam tak juaga mengerti? Huh…. Beruntungnya aku, adamkua tidak seperti adamnya. Adamku baik. Ia selalu mengingatkan aku dan menasihatiku. Ia begitu sabar menghadapi aku yang sedang dalam proses menjadi dewasa. Aku sungguh nyaman bersamanya. Memang terkadang ia menyampaikannya dengan agak “galak” dan sedikit keras kepala. Ya…. Itulah adamku. Unik aku suka…..tidak! bukan suka tapi sangat suka.
Adamku ini Julian namanya. Ia memberiku banyak pelajaran hidup yang berharga. Ia menuntunku untuk menghadapi segala persoalan hidup dengantegar dan tidak cengeng , dengan rasa sayangnya, ia membuatku tak segan mengukir senyum di setiap hariku. Itulah adamku. Hahahahaha….. sekali lagi aku merasa beruntung.
Lamunku di buyarkan oleh deringan ponselku. Nama aryo muncul di layar.
Ada apa ya aryo meneleponku sore- sore begini? Tanyaku pada diri sendiri dan segera menjawab ponselku.
“hai Yo….” Kataku riang,
“ hai ….apa kabar Tar?” Tanya Aryo.
“Baik, ada apa?” jawabku penuh Tanya.
“ begini, aku sekarang ada di hotel ABC di daerah senayan, kamu mau datang enggak? Yangh lain juga datang lhoooo…..!”
“emang ada acara apa Yo?” tanyaku semakin bingung.
“enggak ada apa – apa kok, aku lagi sebal saja, orang tuaku sibuk banget. Sudah seminggu mereka tidak pulang. Hanya uang nya saja yang pulang. Selain itu, kalaupun mereka di rumah, mereka rebut terus. Aku dan mas atas kesepian, jadi lebih baik di hotel, mengundang kalian ya, kan? Pokoknya aku tunggu ya Ta,bye….”
Klik! Telepon pun terputus, prihatin. Itu satu yang kurasakan . kasihan aryo , ayah dan ibunya membanjirinya dengan uang tapi mereka lupa member aryo kasih sayang yang sesungguhnya lebih dibutuhkan nya. Aku ingin sekali menemaninya. Namun sepertinya aku tak akan ke sana sore ini. Selain jauh, aku punya banyak tugas. Ehmmm….. aku rasa sekali lagi aku punya merasa beruntung. Oranng tua kiu memang sibuk tetapi mereka tak pernah lupa memberikan kasih sayang mereka kepadaku.
Hmmm….. ternyata lamunanku sore ini membuatku sadar betapa beruntungnya aku ini. Dan tak sepantasnya aku merasa I iri dengan temanku. Mereka juga punya kekurangan. Malah tidak sedikit dari mereka yang tidak sadar akan kekurangan dirinya. Jadi kalau kali ini aku sadar bahwa aku lemah dalam ketekunan belajar berarti sekali lagi aku beruntung, ya beruntung karena aku sadar akan kekuranganku. Ya, kan? Hahahahaha….. aku ini ada – ada saja, suka memikirkan yang tidak – tidak.
“mitaaaaaa!!”
Suara nyaring terdengar dari luar rumah memanggil namaku. Kutengokan kepalaku ke luar dan kudapati sosok manis Julian di sana. Ia terlihat begitu ceria.
“ada apa ya?” tanyaku dalam hati.
Ya tuhan! Oh No! aku lupa. Hari ini aku ada janji dengan jantung hatiku itu untuk belajar dan makan malam bersama.
Dengan segera aku melompat dan kursiku,,,merapikan sedikit rambutku kemudian berlari keluar untuk menemui Julian. Tapi tunggu! Ada yang aku lupa. Aku belum menyiapkan apapun untuk makan malam kami, alamak! Kali ini aku sama sekali tidak beruntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar